Stereotipe “blonde” (pirang) adalah stereotipe yang diterapkan pada wanita yang berambut pirang. Stereotipe ini memiliki dua aspek. Pertama, wanita berambut pirang biasanya terlihat atraktif dan sangat diinginkan. Di lain pihak, wanita pirang sering dianggap lebih sedikit menggunakan kemampuan otaknya karena “wanita yang lebih banyak bergantung pada penampilannya akan lebih sedikit menggunakan otaknya”. Aspek yang terakhir inilah yang kemudian menjadi stereotipe “dumb blonde” yang sering kali dieksploitasi dalam guyonan-guyonan blonde. Salah satu contoh guyonan “dumb blonde” adalah seperti gambar di bawah ini.
Asal Muasal
Sebuah teori menyatakan stereotipe ini bermula ketika orang-orang Yunani dan Romawi kuno mengagumi rambut yang berwarna kuning sehingga mereka kerap mewarnai rambutnya hingga pirang. Saat itu mereka tidak memiliki standar kesehatan seperti sekarang ini, sehingga sejumlah bahan pewarna rambut menempel pada kulit kepala dan terhirup sehingga dapat mempengaruhi status kejiwaan seseorang.
Teori lain menyebutkan pada abad pertengahan, ketika bangsawan-bangsawan kerajaan sedang berdansa dalam istana, kulit rakyat biasa yang bekerja di luar ruangan menjadi kecoklatan dan rambutnya menjadi lebih terang. Karena orang-orang biasa ini biasanya tidak memiliki pendidikan formal yang cukup, kulit yang kecoklatan dan rambut pirang biasanya identik dengan ketidakcerdasan.
Tidak Ada Hubungannya
Warna rambut seseorang ditentukan oleh gen yang mengatur warna rambut. Apakah gen rambut pirang berdampak pada kapasitas kecerdasan seseorang. Secara genetis, tidak.
Tidak banyak penelitian yang menunjukkan perbedaan IQ orang berambut pirang dan orang berambut kecoklatan. Namun ada sebuah studi yang rutin dilakukan setiap beberapa tahun untuk menilai negara manakah yang anak-anaknya “paling pintar”. The Programme for International Student Assessment (PISA) melakukan tes pada anak-anak 15 tahun di seluruh dunia setiap tiga tahun untuk membandingkan performa masing-masing anak. Finlandia adalah negara dengan skor tertinggi. Hal ini sangat menarik karena anak-anak Finlandia yang memiliki rambut piranglah yang meraih skor tertinggi.
Kesimpulan
Kesimpulannya adalah ada banyak tipe orang bodoh dan pintar. Tingkat kecerdasan seseorang tidak ditentukan oleh seberapa sering kita menghabiskan waktu di salon untuk mencoba hal baru pada rambut kita atau warna rambut kita. Oleh karena itu, kecerdasan adalah sesuatu yang senantiasa berubah.
Sumber:
http://solorya.hubpages.com/hub/Dumb-Blonde-Stereotype–Myth-or-Fact#slide1324755
Tinggalkan Balasan